Feb 12, 2025
Kehidupan Junior High School saya rasa menjadi salah satu momen yang paling tidak saya syukuri di dalam hidup. Bisa disebabkan karena itu merupakan momen pertama kali saya keluar dari desa, bisa jadi juga smp adalah 3 tahun yang sangat membosankan.
Pak Mulkan Guru Nyeleneh
Dikecualikan Ketika kita berbicara tentang Pak Mulkan. Salah satu guru yang akan saya selalu ingat. Bukan karena saya murid kesayangannya, maupun saya sering mendapatkan nilai besar dari beliau.
Pak Mulkan adalah manusia pertama yang membuat saya memahami apabila kamu ingin menyukai seseorang, maka biarkan prinsipnya yang menang. Alasan mengapa pada akhirnya saya melihat orang tidak lebih dari tampang fisik maupun ekonominya, melainkan dari bagaimana cara mereka berpikir.
Bapak ini kalau dipikir-pikir, cukup nyeleneh. Barangkali beberapa guru tidak terlalu menyukai apa yang ia lakukan.
Upacara Senin dan Acara Hari Jumat
Senin pagi adalah hari lumrah dan padat bagi kebanyakan orang, tidak terkecuali bagi sekolah kami, di mana hari itu merupakan momen upacara bendera. Guru dan murid sama-sama berbaris untuk mengikuti upacara. Terkecuali Pak Mulkan.
Haha, Beliau tidak ikut upacara. Melainkan membiarkan beberapa murid (kebanyakan lelaki) yang cukup malas mengikuti upacara bendera, ada yang mengambil troli, ada juga yang menjadi pasukan sapu seperti beliau.
Alih-alih upacara, Pak Mulkan dan para pasukannya (termasuk saya) berkeliling seluruh penjuru sekolah untuk menyapu dan mengambil sampah.
Pun begitu di hari Jumat, di mana tiap paginya kami mengadakan yasinan Bersama di lapangan lalu disusul dengan senam. Perintilan Pak Mulkan yang tidak mau ikut jelas telah menunggu Beliau untuk bersiap melaksanakannya aksinya kembali.
Pesan Pak Mulkan Yang Selalu Saya Ingat
Pak Mulkan merupakan guru sejarah di sekolah kami, membersihkan lingkungan adalah Sebagian dari hobi tuanya saja.
Pada suatu hari, Ketika kelas kami sedang jam pelajaran sejarah, seperti pada umumnya Pak Mulkan menjelaskan materi-nya.
Namun hari itu, di sela-sela materi, entah awalnya bagaimana, dia membahas terkait manusia-manusia kurang ajar.
Manusia yang cukup angkuh kepada tuhan yang esa. Mana kala Ketika manusia-manusia ini berdoa mereka berpikir bahwa semua doanya akan dikabulkan tanpa merendahkan diri sebagai hamba.
“Ya Tuhan, berikanlah hamba rezeki yang melimpah.”
Tidak ada yang salah, betul. Namun, ketidakadaan perendahan diri yang diwakili dengan kata-kata “mohon” adalah bentuk dari perwujudan angkuh tersebut.
Sangat kurang ajar memerintahkan tuhan untuk memberikannya rezeki.
Maka ada baiknya apabila doa tersebut diperbaiki sedikit
“Ya Tuhan, hamba memohon kepada mu limpahkanlah dan bukakanlah pintu rezeki kepada hamba.”
Bisa jadi bukan sebatas kata “mohon”, namun bagaimanapun bentuknya, sangatlah penting Ketika kita berdoa kepada tuhan, ada baiknya kita memposisikan diri sebagai zat yang rendah dan meminta, bukan memerintah.
Sangat sederhana, saya sepakat. Hanya sebatas itulah yang beliau sampaikan kurang dan lebihnya. Namun dampaknya sangat luar biasa, dan kebetulan sekali masuk di logika kecil saya pada saat itu.
Dan hingga saat ini saya turut serta mempraktikannya tiap kali saya berdoa.
Mengajarkan saya, dan menjadi pengingat bahwa kita tidak lebih dari sebatas hamba kecil.
Tri Utomo
Copyright 2025